Serial : Catatan Arizal Ahmad
Memory Libur Pesantren
By : Aad Nza
Part I
Pulangan kerumah di kampung halman merupakan suatu yang di nanti-nati oleh setiap insan lebih-lebih bagi kaum sarungan, pulangan di nanti sebulan ebelumnya bahkan baru datang ke pesantren sudah memikirkan yang namanya pulangan.
Arizal Ahmad sebagai salah seorang santri pondok pesantren ternama di jawa timur, tidak menyia-nyiakan pulangan ini hanya untuk bermain. Santai dan keluyuran kesana kemari, dia ingat betul pesan guru dan kiyainya “pulangan adalah untuk mengevaluasi diri sejauh manakah ilmu yang kita dapatkan” pepatah inilah yang selalu dipegang sebagai pedoman ketika libur pulangan dari pesantren.
Pada kesempatan kali ini yaitu pulangan libur maulid, dia tidak menyiakan begitu saja, tapi ia isi pulangan kali ini dengan berbagai macam kegiatan. Mulai mengikuti diba’an yang ada di masjid dan musholla-musholla sekitar, ia juga menghadiri tahlilan dan undangan yang lain, begitu pula pada kesempatan kali ini dia akan bermain kerumah teman akrabnya, yaitu bejo yang akan mejemputnya sebentar lagi.
Panas terik matahari terus membakar setiap yang ada di permukaan bumi, Angin sepoi-sepoi terasa panas juga oleh pemenasan Globalisasi, tapi itu tidak menghalangi lajunya modil sedan merah menuju arah tidak tentu.
“ halo, arizal?. Aku sudah sampai di daerah yang dekat dari alamat rumahmu.” Kata pengemudi mobil sedan merah. Yang tak lain bernama bejo anak pemilik perusahaan terbesar di kotanya.
“oh... Tinggal kamu belok kiri saja nanti ketika melawati pertigaan yang ada tugu masnya. Nanti kamu Cuma berjalan kurang lebih lima puluh meteran sampai dech di rumahku” lawan bica bejo mebalasnya dengan ketarangan yang jelas.
“ oke arizal,,,,” ucapnya sambil matikan Handphonenya dan menancap gas mobilnya dengan kecepatan yang biasa dilakukan oleh anak muda tanpa menghiraukan ocehan dan omelan orang yang ada di sekitarnya.
#@2D#@2D#
Selang beberapa Menit mobil sedan merah yang di bawa Bejo telah sampai di depan rumah temannya, bejo berteman dengan arizal sejak mereka berdua duduk di tingkatan Sekolah dasar. Hingga sekarang pertamanan mereka yang dijalani tambah akrab.
Mereka berdua sudah kelas tiga SMA, Jadi kurang beberapa bulan lagi mereka akan lulus dan akan keluar dari sekolah kesayangannya menuju jejang yang lebih tingi yang meneruskan ke pergruan tinggi.
Saat ini bejo lagi libur akhir pakan, seperti biasa kalau libur-libir bagini dia pergi keteman akrabnya, arizal. Meskipun mereka teman karib yang akrab profil dan Gaya hidupnya sangat bertolak belakang. Bejo anak orang kaya, sifat kelakuannya nakal. Beda halnya Arizal, dia juga seorang anak dari orang kaya tapi, arizal orangnya yang taat beribadah dan mengikuti perintah agamanya.
Orang tua arizal kurang begitu suka akan kehadiran bejo hal ini tak lain karena sifatnya kurang sopan, walaupun rasa ketidak senangannya tidak begitu ditampakkan tak kala menemui dan menemani bejo saat berasama dengan arizal.
” Zal, nantikan malam mingguan. Gimana kalau nanti kita jalan-jalan yuk.... terus habis gitu kita nanti langsung nonton konser di lapangan Alun-alun.” Pinta bejo yang sedang sedang asyik dengan Hp barunya.
“Gimana ya?” jawab arizal dengan penuh keraguan.
“Apa lagi nanti orkesya itu,Artis kesukaan kita lho. Ratna Antika...!” Bejo terus merayu arizal supaya dia mau.
“oke dech, apa kata nanti” jawabnya singkat.
#@2D#@2D#
Adzan isya’ telah bergema dari masjid “Baitur Rohman” yang letaknya kurang lebih 150 meter dari rumah arizal. Keluarga arizal termasuk orang yang taat ibadah sehingga arizal dan keluarganya tidak pernah meninggal sholat jamaah di masjid itu.
“jo, kita sholat dulu yuk?” Ajak arizal pada teman yang ada di ranjang santai-santai sambil nonton televisi.
“hah... zal, aku sholat di sini saja” Jawabnya dengan nada malas.
Tanpa pikir panjang arizal dan keluarganya langsung meninggalkan temannya sedirian di rumahnya, karena dia khawatir ketinggalan sholat isya’ di masjid tersebut. Tapi, keluarga afizal pikiranya agak was-was akan keadaannya, mereka khawatir dia ngapa-ngapain.
“Bapak, ibu, Tenang saja dia tidak akan berbuat macem-macem kok. Dia anaknya orang yang lumayan punya ” tuturnya menenangkan hati orang tuanya.
“Tapi.......” Ibunya masih belum menerima akan pernyataan dari anak kesayangannya.
“ bu, kita jangan berlebihan berpikiran yang tidak-tidak. Berbaik sangkalah” Jawab Bapak arizal dengan penuh bijak.
“ betul itu” Arizal mengiyakan akan perkataan bapaknya.
Akhirnya mereka berjalan bertiga menuju masjid untuk sholat berjamaah isya’ dengan membawa perasaan yang tenang setelah penuturan dari sang bapak.
#@2D#@2D#
“eh Arizal sudah datang”ucap bejo yang ada di atas tempat tidur ketika pintu kamar dibuka oleh arizal.
“iya jo” jawabnya singkat
Dalam hati Arizal masih agak bingung apakah bejo sudah melaksanakan sholat atau belum?. Namun pikiran tersebut dia hilangkan dari otaknya, itu urusan bejo dengan tuhannya yang penting arizal tadi sudah mangjaknya untuk sholat.
“Zal, ayo katanya kamu janji malam ini mau jalan-jalan?” ucap bejo
“entar dulu nich aku madih mau ganti baju” jawabnya.
Akhirnya keduanya sudah siap untuk jalan-jalan dan berpamitan kepada kedua orang tuanya arizal seusai makan malam.
“ hati-hati di jalan ya nak dan jangan berbuat yang macam-macam” pesan kedua orang tuanya arizal kepada keduanya.
“ iya pak, iya bu,” jawab arizal dengan takdhim.
Mobil sedan merah mesinnya sudah dihidupkan dan kini sudah melaju dengan melesat meninggalkan rumah arizal. Dalam mengemudi bejo sudah belajar sejak dia duduk di banggu SD hingga sekarang dia sangat mahir dan lebih seringnya lagi dia ugal-ugal dijalan yang tidak baik bagi kesalamatan dirinya dan keselamatan orang lain.
Sesampainya di alun-alun kota yang menjadi tempat orkes , suara sound system sangat menggema di telinga orang yang ada di sekitarnya, penonton yang menghadiri acara tersebut kini telah padat mengisi lapangan. Arizal dan bejo masih baru turun dari mobil sedan merahnya.
“ Zal, ayo cepat tuh sekarang udah mau di mulai” Ajag bejo.
“ Santai dikit jo”
“Membuat suasan malam ini tambah meriah lagi mari kita sambut gadis yang tidak asing lagi dari kota dingin malang, Ratna Antika…….” Suara Pembawa acara begitu menggelegar memanggil artis yang akan menyanyi setelahnya.
Saat berjalan menuju pentas utama. kelakuan nakal bejo tidak bisa terhindar, dia memegang pantat seorang gadis.
Plak!” sebuah tamparan mendarat keras dipipi bejo.
Part II
“Hai bang! Yang sopan donk” kata gadis itu dengan nada marah.
“Gitu aja marah cepet tua lho” balas santai bejo.
“kamu ini gak tahu sopan santun, wong sudah salah masih mau merasa benar!.” Kata gadis itu yang tambah marah atas ucapan bejo yang seakan tidak merasa salah.
“sudah………… untuk apa bertengkar?” arizal mau menangkan diantara keduanya.
“ga’ usah ikut campur zal, ini urusan aku dengan lonte ini!”
“heh….! Ngomong apa kamu barusan. Emangnya akau wanita murahan hah…?” ucapan gadis yang termancing akan perkataan dari bejo.
“ emang gitu ha…. Ha….. ha…..”
Kericuhan pun terjadi dan tidak dapat dihindarkan. Sumpah serapah dari bejo dan seorang gadis yang di ganggunya terus terlontar. Arizal kebingungan bagaimana cara untuk melerai pertengkaran ini.
“cukup dengan ini perkara ini selesai” ucap seorang paruh baya yang muncul dari arah belakang bejo.
“crash……” sebuah pisau tertancap di punggung bejo.
Ternyata orang paruh baya tersebut adalah tunangan dari gadis yang di ganggu oleh bejo. Dia dengan teganya penancapkan pisau di punggung bejo demi menjaga harga dirinya dan tunangannya.
“akhr……..” bejo berteriak sambil menahan rasa sakit yang di timbulkan dari pisau yang masih menancap di punggungnya.
Baju yang dipakai bejo kini berlumuran darah yang terus keluar dari punggung yang luka akibat tusukan pisau.
“ hai… apa-apa ini! Yang benar saja, kalian semua harus berhubungan dengan yang berwenang bukan main hakim sendiri” ucap arizal mengancam pada orang yang menusuk bejo
“o………. kamu berani! Ini masalah harga diri kita” orang paruh baya itu menentang arizal untuk berkelahi.
Tanpa piker panjang lawan dari arizal langsung menyerang dengan menambil pisau satunya yang masih tersimpan di punggungnya. Namun serangan yang pertama dari orang yang paruh baya meleset, hal ini tak lain karena arizal di pesantren sudah di bekali dengan ilmu bela diri, yang sudah tiga tahun dia pelajari.
Orang paruh baya bertambah marah akibat menghindarnya arizal dari serangannya.
“Ciat…..!” suara orang paruh baya menyerang lagi.
Tapi dengan kelincahan dan kemahiran arizal, dia berhasil untuk ke dua kalinya untuk menghindar. Dan dia juga mengeluarkan tendangan tiakwondonya kepada orang paruh baya sehingga pisau yang di pegangnya jatuh ketanah.
“ sudahlah mas iwan, jangan kamu lawan lagi” kata tunangannya yang merasa kasihan kepada kekasihnya.
“wah…… kamu ini prempuan, jangan kamu ikut campur. Ini urusan laki-laki tahu” ucapnya dengan nafas yang sudah ngos-ngosan.
“heh pemuda ternyata kamu kuat juga tapi ini terima seranganku”
Dengan cepat kilat arizal melepaskan tendangan double x nya, ketika iwan nama dari orang paruh baya penyerang.
“duks..duks…” tendangan double x mengena pada wajah iwan.
Iwan kini terkapar di tanah, tunangannya langsung menolong. Nafas iwan tersendal-sendal dan hidungnya pun kini mengalir darah segar yang diakibatkan tendanganan dari arizal. Arizal merasa lega karena lawannya telah berhasil dia lumpuhkan, dia bermaksud untuk meninggalkan lawannya yang sudah ada dipangkuan tunangannya.
“Serang dia!” kata iwan dengan suara yang tinggi.
“puih….. banyak bener?” guman arizal dalam hati ketika melihat lawan
Ternya iwan menyuruh anak buahnya untuk melawan arizal yang sudah bermaksud untuk tidak meneruskan perkelahian tersebut. Arizal kini harus melawan dua belas orang yang kelihatannya mereka kekar dan jago.
“ciat……!” salah satu dari mereka ada yang langsung menyerang arizal. Dengan cepat kilat arizal bias menghidar dari serangannya dan dia langsung memberikan pukulan keras terhadap lawannya.
“bruks…” tubuh dari lawan arizal jatuh ke tanah.
“wah…… kalian payah. Nich lihat gue” komentar salah satu dari mereka.
“hia…..t “ “yach…..” dua orang dari arah lawan menyerang arizal.
Dengan tendangan memutar arizal dapat menjatuhkan kedua lawannya, namun sekarang dia sekarang diserbu dengan bersamaan sehingga bagi arizal sulit untuk melawannya.
Pukulan dan tendangan dia arahkan kelawan, namun karena dari banyaknyalawan, akhirnya arizal di keroyok oleh semua lawannya. Arizal terus memberontak terhadap tindakan yang meraeka lakukan, tapi itu tidak ada pengaruhnya.
Arizal sekarang dipegang oleh empat orang dari lawan dan dia juga di gebuk tanpa henti, sehinga dari pelipis dan hidungnya telah mengalir darah segar.
“stop” kata iwan yang berusaha bangkit dari pangkuan.
Iwan dengan jalan yang terbata-bata, dia berjalan menuju arizal yang sudah di pegang oleh anak buahnya dan tak sidikit pun arizal bisa berkutik akibat di babak belur oleh anak buah iwan.
“hei…. Anak muda!” ucap iwan sambil meletakkan jari telunjuknya diatas kepala arizala” kamu jangan main-main dengan aku, ini wilayahku dan kamu harus menjaga terhadap harga diri tahu!” lanjutnya.
“duks.” Iwan mendaratkan pukulan keras di perut arizal.
“ackhs…” arizal menahan sakit atsa pukulat tersebut meski darah memuncrat dari mulutnya.
Suara keras dari sound yang ada di tempat itu dan joget dari penyanyi yang terus mengghibur, membuat para penonoton terus memperhatikan ke pentas tanpa menghiraukan bahwa di belakang terjadi pertikaian. Mereka semuanya dalam ke asyikan dalam orkes tersebut.
“apakah kamu mau senasib seperti teman kamu? Hah….!” Kata iwan saat memainkan pisau kecil yang di berikan oleh anak buahnya.
Emosi iwan yang sudah memuncak tak sabar untuk menghabisi nyawa arizal. Dia pun mengarahkan pisau kecilnya ke arah perut arizal.
“duoar…..duoar…..” suara tembakan di lepaskan dari arah belakang.
Tembakan pertama diarahkan ke langit sedangkan tembangkan yang ke dua di arahkan ke pisau yang di pegang iwan, sehingga pisau tersebut terpelanting jauh. Dengan adanya tembakan barusan membuat suasana menjadi tak karuan, para penonton sibuk berlari untuk menyelamatkan diri dan orkes pun terpaksakan di hentikan sebab kejadian tersebut.
Anak buah iwan sebagian melarikan diri dan sebagian yang lain terkepung oleh polisi berikut juga iwan. Mereka semua angkat tangan setelah polisi terus mendekat dan mengarahkan senjata apinya.
“ bejo kamu tidak apa-apa nak?” suara lelaki yang tak lain itu adalah ayahnya.
Arizal dengan sisa tenaga yang dimilikinya berusaha untuk menghampiri bejo dan yang lain. Ternyata yang melaporkan ke polisi adalah bejo melalui blackberry dakotanya saat iwan dan anak buahnya menghajar arizal.
“jo,… kamu harus kuat” kata arizal saat dia barada di samping bejo.
Darah terus mengalir dari tubuh bejo, dia pun sekarang melemah akibat pendarahan yang di deritanya. Tim medis yang bersama ayahnya datang segera mereka memberi bantuan pada bejo.
Namun takdir berkata lain, bejo menghembuskan nafas terakhirnya di tempat itu, para medis tak mampu melawan kehendak-Nya. Dan saat itu juga arizal di jemput oleh kedua orangnya dan mereka saling menangisi akan semua kejadian ini.
Inilah memory libur pesantren yang telah di alami arizal pada tahun ini.
Epilog
Kehidupan adalah teka-teki dari sang pencipta yang tak satu pun tahu kapan nyawa ini akan di ambil-Nya, maka jalanilah kehidupan ini dengan suatu yang bermanfaat bagi semua. Bukan malah saling saling membunuh, mencaci maki dan yang lain yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada. Tak perlu untuk mempertahankan hargadiri yang berlebihan kalau ujungnya sampai menumpahkan darah saudara sendiri.