~ Lungset ~
“Sun sembur esem iki
Masio tah udan njero ati
Nono wujude ulihe ngenteni
Lungset ati iki” (Lungset-Suliyana Ft. Dedy Boom)
Lagu ini dibeberapa kota dan daerah kayaknya dianggap asing dan aneh jika didengar sehingga pendengar dan penggemarnya pun juga sedikit, namun di 4 kota yaitu banyuwangi, jember, sitobondo dan bondowoso lagu ini sudah sangat lah masyhur mulai dari yang anak-anak sampai dewasa semuanya tahu dan asyik mendengarkannya.
Bahasa Osing adalah bahasa yang dipertuturkan di daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Secara linguistik, bahasa ini termasuk dari cabang Formosa dalam rumpun bahasa Austronesia. Kata osing artinya mirip dengan kata tusing seperti dalam bahasa Bali, bahasa daerah tetangganya, yang berarti "tidak".
Melalui Smartphone Samsung Note 5 warna Rose Gold dan aplikasi Android Poweramp, kudengar dan kuresapi lagu ini sebagai penghibur di kamar mungilku saat hati ini dilanda GEGANA (Gelisah, Galau dan Merana).
“Aku sebarkan senyum ini meskipun hujan dalam hati. Tak ada hasilnya sampai kusut hati ini”. Ini merupakan arti lirik lagu osing diatas.
* * *
Hari jum’at legi 10 Syawal 1437 H. Atau bertepatan dengan tanggal 15 Juli 2016 M. Terjadi peristiwa yang tidak akan pernah aku lupakan. Dimana saat harapan dan asa yang menembus awan harus terbelenggu oleh ganasnya atmosfer.
Sebagai santri putri, aku hanya bisa pasrah terhadap keputusan semua ini. Keputusan orang tua merupakan keputusan mutlak yang tidak dapat diganggu gugat dari pihak manapun. Bak sang presiden yang diktator jika dimemilih A maka semua rakyatnya harus memilih A tidak boleh memilih B.
“Mbak Nayla, yang sabar ya” sapa hasanah, sepupuku yang selalu berusaha menghiburku.
“ya dik has, akan saya usahakan” balasku dengan menghela nafas dalam-dalam.
Memang jodoh itu merupakan min amri robbi (Rahasia Ilahi) yang tidak satu pun manusia yang tahu tentang hal ini. Dukun, paranormal dan sebangsanya juga tidak tahu tentang masalah jodoh, meraka hanya mebuat rekaan yang kosong dan manipulasi data agar apa yang mereka katakan sesuai dengan kenyataan.
“Mbak, dia memang bukan jodoh. Meski pun sebenarnya dia itu orangmya saleh, baik, berilmu dan ganteng lagi... hehehe”
“husst... sudah lah dik has, jangan ingatkan saya dengannya. Takut akan lama nich move on-nya”
* * *
“Kak, bentar lagi antarkan Nayla ya, mau belanja persiapan besok malam. Hajatan malam Nuzulul Qura’n” rayuku pada Akmal kakakku yang kedua.
“Siap tuan putri Nayla yang cuaantik”
“Bawa motor apa mobil?” pintanya sambil mengusap layar smartphonenya.
“mobil saja kak, kan panas apa lagi mau belanja banyak, biar tidak ribet bawanya nanti”
“oke...”
Mobil SUV Hyundai Tucson warna biru sudah ready menunggu di depan halaman rumah. Suara mesinnya yang berkapasitas 2000 cc dan berbahan bakar Gasolime hampir tidak terdengar, beda halnya dengan mobil yang mesinnya berupa diesel agak berbisik sedikit kedengarannya menurut sebagian masyarakat walau pun mesin diesel ini lebih dikenal dengan irit BBM dan mesin yang bendel.
Secara perlahan mobil SUV Hyundai Tucson meninggalkan halaman rumahku menuju Roxy Supermarket yang berada di Jl. Jenderal Achmad Yani No. 21-23 Banyuwangi. Kulihat jam yang ada di dashboard mobil masih menunjukkan jam 08:30 WIB jadi udara mesih segar dan aku sengaja mebuka Panorama Sunroof yang ada di atas kabin mobil untuk menikmati indahnya langit kota banyuwangi. Dengan nada irama musik khas timur tengah terus menemani perjalan ini.
“dik, kalau sudah belanjanya nanti Call atau Chat kakak iya. Coz kakak nunggu di game zone saja”
“oke dech kak”.
Kurang lebih 2 jam, aku telah selesai berbelaja kebutuhan acara. Terbilang capat iya begitulah, karena kata ibuku kalau mau berbelanja itu harus terkonsep dan tercatat. Agar saat berbelanja fokus pada apa yang telah terdaftar dalam cacatannya. Beda halnya kebanyakan orang yang berbelanja dengan apa yang mereka temukan nanti di pasar atau pusat perbelanjaan. Hal yang sedemikian itu membuat lama di tempat tersebut.
“hallo.,.,. Assalamu’alaikum”
“iya hallo.,.,., wa’alaikum salam”
“kak, Nayla sudah belanja nich dan udah ada di samping mobil. Kakak ada dimana?”
“ada di musholla dekat parkiran, Nayla tunggu bentar iya disana soalnya kakak mau menyelesaikan baca Dalailul Khoirot hari senin lumayan banyak yang dibaca”
“Oke dech kak. Silahkan dilanjut bacanya dan jangan lupa doa agar kakak segera bertemu dengan jodohnya. He.. he.. he..”
Sambil menunggu datangnya kakakku dari musholla yang ada di samping tempat parkir mobil, game candy crush menemaniku. Memang game ini selalu menemaniku saat aku merasa bosan.
“lama iya menunggunya?” ucap kakakku saat sampai di samping mobil
“tidak juga kok, nich Nayla main game belum tamat”
“cuit.,,.cuit.,.” itulah bunyi Central lock membuka segala pintu mobil. Dengan singkat semua belanja dimasukkan ke bakasi yang ada di belakang. Sedikit demi sedikit semuanya masuk dan tertata rapi.
“Akrom..!!” panggil kakakku dengan nada agak keras pada seorang yang melintas di samping mobil.
Ternyata dia adalah teman kakakku di pesantrennya. Jika dilihat sepintas dia kayaknya lebih senior dari kakakku dan ternyata itu benar.
“eh... Akmal” jawabnya saat menoleh ke arah kakakku.
“kamu, Ngapain disini?” tanya kakak seusai bersalaman
“ini belanja untuk oleh-oleh buat bukti kalau aku sampai ke kota banyuwangi”
“hanya itu saja? Masak jauh-jauh dari malang ”
“iya tidak juga, ini lagi safari ramadhan kunjungan ke makam-makam para Wali di Bali dan di banyuwangi terus lanjut ke ampel dan madura dengan teman-teman” jawabnya
“wah mantap dan seru itu, aku sebenarnya juga pengen tapi tidak punya teman”
“itu tunangan kamu” ucapnya sambil menunjuk arahku. Ada rasa malu menyelimuti diri ini pada saat itu.
“ngawur kamu, dia itu adikku. Ini aku lagi menemani dia belanja”
“ooooo, saya kira tunangan kamu. Terus kapan kamu tunangan?”
Kulihat kakakku diam tak bisa menjawab akan pertanyaan dari temannya itu.
“sudah tidak perlu dijawab kok pertanyaan itu. iya sudah aku pamit dulu iya soalnya aku ditunggu teman-temanku, mau melanjutkan perjalanan ini. Itu mereka sedang menunggu disana!” sambil menunjukkan kearah teman-temannya yang ada di mobil toyota Fortuner warna putih.
“oke dech, kamu gak bisa mampir iya kerumah”
“iya lah. Kapan-kapan saja lah Insyaallah kalau ada kesempatan saya main ke rumahnya kamu, sekarang tidak repot kan cari alamat tinggal kamu kirim lokasi saja via Sosmed, Assalâmu’alaikum warahmatullâhi wabarakâtuhu”
“oke..... Wassalâmu’alaikum warahmatullâhi wabarakâtuhu”
Saat pulang dari Roxy Supermarket Jl. Jenderal Achmad Yani No. 21-23 Banyuwangi, kakakku bercerita panjang lebar tentangnya. Dan ternyata dia itu juga orang yang sering jadi perbincangan di kalangan santri putri. Ada rasa kagum aku padanya.
* * *
Pagi yang cerah itu pelaksanaan sholat idul fitri berjalan dengan khidmat, kaum adam tertata rapi dengan shof(Barisan)nya di masjid bagian dalam sedangkan kaum hawa yanga ada di halaman masjid juga tersusun dengan rapi. Begitu juga aku yang ada dalam kerumunan jamaah bagian kaum hawa berserta ibu, nenek dan saudari-saudariku termasuk juga hasanah sepupuku yang berada disampingku.
“mbak, setelah ini makannya di rumah iya, saya punya yang istimewa” ucap hasanah saat khotib telah selesai dengan khotbahnya.
“emz.,., oke dech” jawabku diiringi menganggukkan kepala
Usai pelaksaan sholat idul fitri. Aku dan seluruh jamaah kaum hawa yang ada disana, bersalaman dan saling memaafkan satu dengan yang lain pada dosa yang telah mereka perbuat. Saat di tempat itu telah bubar aku lanjutkan ke rumah untuk bersalam dengan ayah dan saudara-saudaraku yang lelaki yang tidak sempat aku minta maaf di masjid tadi.
Sambil menikmati camilan hari raya, keharmonisan dan kekeluargaan sangat terasa pada saat itu. Ditambah dengan canda-canda kecil yang mengihiasi keakraban suasana. Bahkan ada canda yang kurang begitu pro dengan aku. Tak lain candaan tersebut merupakan pertanyaan, kapan nikah? Kapan tunangan? Dan beberapa pertanyaan yang lain yang agak menyudutkan aku. Meskipun Akmal kakakku yang kedua juga kena sasaran pertanyaan yang sama denganku.
Menurutku, lebih baik ditertawakan sebelum menikah dari pada ditertawakan setelah menikah. Dan lebih baik terlambat menikah tapi mendapat yang baik dari pada segera menikah tapi dapat yang kurang baik.
Aku rasa cukup obrolan dan canda tawa dengan keluargaku, kulirik jam tangan yang ada di tanganku menunjukkan jam 09:30 WIB. Aku berpamitan kepeda orang tua karena mau pergi kerumah hasanah yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Butuh waktu 5 menitan untuk sampai di rumahnya hasanah dengan jalan yang agak cepat tapi bukan lari. Meski hasanah tadi setelah sholat idul fitri tanpa berjanji, aku pun akan tetap pergi kerumahnya sebagaimana tahun sebelum-sebulmnya aku lakukan.
“ayo mbak, makannya yang lahap dan banyak, menu masakan di sini beda lo dengan yang lain.” Gaya dan Sifat feminim hasanah layaknya seorang ibu rumah tangga meski dia masih remaja.”ini mbak, ambil. Ini masakan asli saya walaupun cuma sebatas telur dadar he.. he..”.
“sudah cukup dik has, bisa-bisa berat badan saya mangkin nambah ni, program diet jadi gagal dech”
Mana yang istimewa kayaknya semua biasa-biasa saja menu masakan ini. Kalau berbeda dengan menu masakan yang lain iya, menu masakan yang dihidangkan oleh keluarganya hasanah memang beda dengan yang ada di kampung termasuk rumahku sendiri. Di rumah hasanah menu masakannya itu opor ayam, soto ayam dan beberapa masakan yang terdiri dari sayur-mayur.
Sedangkan menu masakan yang ada desaku termasuk rumahku itu hampir semua menu masakannya terdiri dari daging sapi yang diolah dengan berbagai macam resep. Ada yang membuat sate, gulai, sop, rawon, dan berbagai masakan yang semuanya itu ada unsur daging sapinya.
“mbak, setelah ini ke kamar saya yuk, suatu yang istimewa ada disana lo”
“iya bentar, masih mau basuh tangan dulu”
Usai menyantap hidangan yang ada di rumahnya hasanah, aku langsung pergi kemarnya. Kupandang sekilas semua yang ada di kamarnya, kayaknya tetap saja tidak ada perubahan apa pun, tidak ada yang bertambah atau pun berkurang, tata letak kamarnya tetap sama seperti dulu, hanya cat tembok yang diperbarui. Jadi rasanya menurutku bukan yang ada dikamar yang istimewa.
Sudah dua kali perkiraanku meleset tentang hal istimewa yang telah disebut-sebut mulai dari tadi pagi di masjid usai salat idul fitri. Pertama aku duga yang istimewa itu adalah menu masakan yang ada di rumahnya yang beda dengan yang lain, ternyata salah. Kedua aku duga yang istimewa itu adalah kamanya hasanah itu pun juga salah.
“mana dik has, sesuatu yang istimewa itu, saya malah tambah penasaran tuh apa yang istimewa”
“sebentar iya mbak, ditunggu. Saya lupa ditaruh dimana itu barang” jawabnya sambil mengobrak-abrik apa yang ada di tempat tidur.
Kulihat hasanah sepupuku sibuk mencari barang istimewa itu di tempat tidur dan lemarinya. Layaknya seorang detektif yang sedang mencari barng bukti dari sebuah kasus yang ditanganinya.
“nah....! ketemu juga, ini dia yang aku cari barang yang istimewa untuk mbak Nayla” dengan nada agak tinggi hampir berteriak dia lontarkan dengan penuh kegembiraan.
“ini mbak, sesuatu yang istimewa untuk pean” ucapnya sambil menyarahkan sepucuk surat berwana hijau.
“apa ini? dan dari siapa?” tanyaku penuh dengan penasaran.
“iya.. tinggal baca saja, itu nama pengirimnya tertera didepan” tangannya menunjuk kearah surat hijau yang dipegang aku.
Hatiku berdegup kencang tidak penentu, perasaan bingung menyelimuti diri ini.
“Mbak, itu titipan dari teman pondok kakak zainul, dia juga temannya kak akmal kok”
Aku hanya menganggukkan kepala tidak bisa rasanya suara ini keluar dari mulut yang terasa terkunci ini. Sepucuk surat mungil berwaran hijau ini terasa berat berada dalam genggamanku. Itulah perasaan yang aku alami saat ini, berjuta rasa penasan dan gelisah menyelimuti perasaanku.
“mbak” sapa hasanah saat keadaan hening
Ku menoleh kepadanya dan menjawab “iya, ada apa?”
“saya heran deh. Di zaman modern tahun 2016 yang serba canggih kayak begini masih ada saja yang mengirin menggunakan kertas seperti surat hijau yang ada pada genggaman itu. Kan bisa menggunakan Surel tah, chat lewat meseger, BBM, Line, whatsapp atau yang lainnya yang berkaitan dengan online”
“lo kamu kan sudah bilang sendiri tadi, ini yang saya pegang merupakan suatu yang istimewa. Begini dik has, surat ini kayaknya memang jadul, kuno dan kampungan, justru yang seperti inilah yang istimewa. Karena seperti ini mengandung seni yang tinggi dan orang yang nulis penuh dengan hati-hati agar tulisannya rapi dan indah. Sedangkan Email atau surel itu kalau dulu sepertinya istimewa karena memang dulu penggunanya sangat sedikit. Pada saat ini justru yang seperti itu malah jarang dibuka, coba nontifikasi dari beberapa sosial media yang ada di Email sedikit yang dibaca malah terus menumpuk di kotak masuk tanpa dihiraukan oleh penerimanya”
“emz.,...” suara hasanah dengan menganggugkan kepalanya
“sudah iya, saya pamit dulu”
“iya mbak, jangan lupa isi suratnya nanti ceritakan iya ke saya”
“hust.,,. Sudah ah... saya pulang Assalâmu’alaikum”
“Wassalâmu’alaikum”
Dengan jalan yang tergopoh-gopoh aku pulang ke rumah. Jarak tepuh yang tidak terlalu jauh hanya 5 menit sampai kerumah, pada saat ini terasa lama, Jalan yang aku lewati tadi terasa lebih panjang beda dengan tadi saat aku berangkat. Dan kakiku pun juga begitu terasa ada beban yang sangat berat untuk berjalan sehingga lambat rasanya aku melakah.
Sesampainya di rumah aku langsung menuju kamar kesayanganku, karena pada saat itu tidak ada tamu jadi tidak ada kerepotan di rumah. Suasana agak lenggang mungkin keluargaku semuanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Aku buka surat dan aku baca isi surat itu saat ada di kamar sambil berbaring santai di tempat tidur yang selalu menemaniku di tiap malam-malamku.
Assalâmu’alaikum warahmatullâhi wabarakâtuhu
Kepada Ukhty Naylatul Maghfiroh
Mohon maaf jika kalau Ukhty kurang berkenan akan kedatangan surat ini. Tapi Akhy mohon bacalah surat ini hingga selesai. Barulah kemudian silahkan Ukhty dibuang atau dibakar, tapi Akhy mohon sekali lagi, bacalah dulu sampai selesai.
Meskipun kita belum pernah berkenalan, belum pernah berkomunikasi. Akhy sangat yakin ukhty adalah orang yang baik dari keluarga yang baik. Sebelumnya akhy hanya tahu ukhty hanya sebatasa nama saja. Hal itu karena akhy sangat akrab dengan kakaknya ukthty yang bernama akmal.
Semenjak akhy bertemu ukhty di Roxy Supermarket Jl. Jenderal Achmad Yani No. 21-23 Banyuwangi saat ukhty berbelanja dengan kakaknya walau hanya sebentar saja, sejak itu lah peresaan ini tumbuh mengakar di hati akhy. Condongnya hati ini sungguh ingin segera akhy halalkan, akhy tidak mau berlarut dengan perasaan yang semu.
Berdasarkan cinta kasih dan bahasa kalbu yang Akhy baca disetiap nafas dan beberapa ayat yang terkandung di dalam Al-Qur’an diantaranya :
1.QS An-Nuur ayat 32
2.QS An-Nahl ayat 72
3.QS An-Nissa ayat 3
Maka Akhy Akromulloh Faza ini Mengajukan lamaran pernikahan di hati Ukhty dalam sebuah ikatan suci menuju ridho ilahi.
sebagai pertimbangan Akhy lampirkan :
1. kasih sayang dan cinta seputih dan suci embun pagi
2. jiwa raga seikhlas hati
3. lantunan isi hati
Besar harapan Akhy untuk dapat diterima di hati dan sisi Ukhty untuk menjalin kebersamaan dalam sebuah mahligai kehidupan. Menyempurnakan separuh agama. Semoga kebersamaan yang terjalin abadi selalu. salam Akhy Akromulloh Faza.
Wassalâmu’alaikum warahmatullâhi wabarakâtuhu
Malang, 28 Ramadhan 1437 H. | 03 Juli 2016 M.
* * *
“Ya Allah, hamba memohon petunjuk pada-Mu dengan ilmu-Mu dan Hamba memohon ketentuan pada-Mu dengan kekuasaan-Mu dan Hamba memohon pada-Mu akan limpah kurniaan-Mu yang besar. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa sedangkan Hamba tidak berkuasa, Engkau Maha Mengetahui sedangkan hamba tidak mengetahui dan Engkaulah Yang Maha Mengetahu segala perkara yang gaib. Ya Allah, seandainya Engkau mengetahui bahawasanya urusan ini permintaan lamaran nikah Akromulloh Faza adalah baik bagi hamba, pada agama Hamba, kehidupan hamba dan dan akhir urusan hamba untuk masa sekarang maupun besoknya, Maka takdirkanlah Dia bagi hamba dan permudahkanlah urusannya serta berkahilah bagi hamba padanya .
Dan seandainya jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini permintaan lamaran nikah Akromulloh Faza mendatangkan keburukan bagi hamba, pada agama hamba, kehidupan hamba dan dan akhir urusan hamba untuk masa sekarang maupun besoknya, maka jauhkanlah hamba darinya dan takdirkanlah kebaikan untuk hamba apapun keadaannya kemudian ridhoilah hamba dengan kebaikan itu”.
Tiada hentinya aku salat istikhoroh dan lantukan doa ini di tiap sepertiga malam. Ini adalah yang kelima kalinya aku melakukannya semenjak menerima surat permintaan lamaran pernikahan dari seorang santri putra bernama Akromulloh Faza.
Perasaan ini terasa damai dan tentram, apakah ini jadi jawaban bahwa dia adalah jodohku. Kegiatan-kegiatanku sekarang serasa ada nilai lebih religius sangat beda dari pada hari sebelum-sebelumnya.
Kulirik jarum jam Rolex 1806 Day Date President Stella 18k yang ada di tanganku menunjukkan pukul 05:15 wib. Ada rasa yang bergejolak tidak dapat lagi untuk dibendung. Ingin rasanya segera menulis surat balasan untuk menjawab akan permitaan Akromulloh Faza. Harus kuluapkan perasaan ini sesegera mungkin tanpa harus aku tunda-tunda lagi.
Kuambil secarik kertas warna merah muda dan bolpoin yang ada di samping meja, kuayuhkan bolpoin menggoreskan tinta hitam diatas kertas berwarna merah muda untuk menulis Surat Balasan.
Assalâmu’alaikum warahmatullâhi wabarakâtuhu
Kepada Akhy Akromulloh Faza
Menanggapi surat lamaran Akhy dan berdasarkan bisikan kalbu dan goresan cinta dan beberapa pertimbangan lain diantaranya :
1.keyakinan dan kemantapan hati seperti Rosulullah bersabda :Man jadda wa jadda.
2.keinginan mendapatkan ketenangan dan kehormatan diri.
3.mempererat silaturahmi.
Maka Ukhty Nailatul Maghfiroh menyatakan bahwa Akhy Akromulloh Faza di terima dihati dan istana kehidupan ini.
Namun perlu Akhy ketahui tentang keputusan ini, bahwa keputusan ini adalah murni dari Ukhty sendiri tanpa melibatkan orang tua dan keluargaku. Karena keputusan ini hasil kemantapan dari istikhoroh ukhty yang dilakukan sendiri.
Sedangkan keputusan yang sebenarnya itu ada pada keputusan orang tua Ukhty, maka pintalah keputusan itu kepadanya.
Selamat bersatu dalam mahligai cinta di istana yang akan kita bina bersama. Semoga Allah meridhoi Pernikahan kita. salam Ukhty Naylatul Maghfiroh.
Wassalâmu’alaikum warahmatullâhi wabarakâtuhu
Banyuwangi, 05 Syawal 1437 H. | 10 Juli 2016 M.
Kulipat surat balasan yang menajwab akan permitaan lamaran nikah akromulloh faza usai aku tulis dengan ketulusan hati, lalu aku masukkan ke amplop berwarna merah muda.
“Dik has, saya telah selesai menulis surat balasan yang menjawab akan permintaan lamaran nikah akromulloh faza, nanti siang atau sore hari bisa kamu ambil iya di rumah dan setelah itu berikan ke kak zainul agar diberikan pada akromulloh faza. Saya tunggu kedatangannya kamu.” Itulah bunyi Pesan BBM dari smartphone samsung galaxy note 5 yang ku kirim ke hasanah.
Hatiku saat ini terasa sangat lapang sekali ketika apa yang aku pendam selama ini bisa kucurahkan dalam surat tersebut, bagaikan air dingin yang sejuk mengalir keseluruh tubuh yang panas. Diringi suara yang berkicau riuh di pagi ini menambah akan kedamaian suasana hatiku.
“Oke mbak, siap laksanakan” ku tatap pesan balasan ini di layar smartphoneku. Dik has, mengiyakan akan permintaanku.
* * *
Mega merah telah surut menghilang, bulan dan bintang-bintang mulai bermunculan menghiasi di atas langit kota banyuwangi, suara saling bersahutan jangkrik dan kodok memberikan suasan indah nan damai di kota ini.
“tadi sore ayah mendapat telfon dari orang tuanya seseorang, tak lain maksud dari pembicaraan itu adalah yang pertama adalah mau silaturahmi ke rumah ini dan yang kedua untuk meminang Nayla. Nama anaknya adalah Akromulloh Faza dari kota malang. Jadi ayah minta pendapat kalian semua tentang ini, dan itu pun tak lupa pula ayah juga akan minta petunjuk ke pada Allah” kata ayahku seusai makan malam.
Suasana jadi hening dan sepi berbeda saat waktu makan tadi yang lumayan ramai kerana saat makan tadi ada canda tawa dan gurauwan. Yang terdengar hanyalah tetesan air dan suara-suara binatang yang sudah biasa menghiasi malam seperti kodok, jangkrik dan tema-temannya.
“saya harap semuanya bisa memberi pendapat tentang hal ini, karena ini menyangkut masa depan Nayla dan juga hubungan antar keluarga. Saya minta pendapat dulu dari Asror dulu sebagai anak sulung di keluarga ini” ucap sambil melihat kakak asror yang ada disampingnya.
“hem.... kalau saya kurang setuju kalau Nayla dengannya. Bukan karena orangnya atau karena Keluarganya tapi saya lebih senang jika Nayla di jodohkan dengan saurada dari ayah atau dari ibu yang agak jauh jalur nasabnya. Karena hal yang sedemikian ini sangat dianjurkan di kitab-kitab fiqih, sebagaimana keterangan yang ada di kitab ‘ianah Tholibin. Menjelaskan bahwa menikah dengan Aqoprib Ba’idah (Saudara yang jauh jalur nasabnya) itu lebih baik dari pada menikahi Ajnabiy (Orang Lain yang tidak punya hubungan nasab sama sekali) karena ini faidahnya adalah akan menyambungkan suatu keluarga yang sudah menjauh. Beda halnya kalau dengan Aqorib Qoribah (saudara yang dekat jalur nasabnya) seperti Sepupu itu masih lebih baik memilih Ajnabiy (orang Lain).
Dan ma’af sebelumnya saya lebih setuju jika Nayla itu dijodohkan dengan Ahsan yang mana dia itu jalur nasabnya masih ada hubungan dengan kita dari pihak jalur ayah, kakeknya dengan kakeknya kita masih sepupuan. Jadi kita lebih mengenalnya dan kita bisa menyambungkan keluarga yang jauh.
Selain itu sepertinya ahsan memang sudah ada kecondongan hati kepada Nayla, tapi dia tidak bisa menyatakan karena dia pemalu, saya tahu Aini adiknya, dia bilang bahwa kakaknya ada rasa ke Nayla.
Namun semua itu hanya sebatas pendapat saya, selebihnya saya kembalikan pada ayah dan ibu.”
“terimakasih pendapatnya, masukan yang sangat bagus. Terus kalau pendapatnya Akmal bagaimana?”
“Lo... saya juga harus berpendapat, tidak dicukupkan ke kak Asror saja” kakak akmal dengan nada bingungnya tidak mau ikut berpendapat tentang masalah ini.
“iya kamu juga harus berpendapat. Semuanya yang ada disini harus berpendapat”
“kalau menurut saya sich simpel saja. Kalau semuanya oke iya dilanjut kalau tidak iya tidak dilanjut” jawabnya dengan sesekali melihat layar smartphone yang selalu dibawa.
“itu namanya Idem, ikut pendapat yang mana yang mayoritas” ibu menanggapi jawaban kak akmal.
Sambil berdiskusi masalah ini, aku dan ibu mengambil piring-piring yang kotor untuk dibersihkan. Untuknya dapur dan ruang makan berdekatan meski sambil mencuci piring obrolan tetap di lanjut.
“he... he.. he.. ma’af bercanda. Iya foktor usia mungkin juga di jadikan pertimabang dari dua pihak biar serasi. Tapi sepertinya Nayla masih terlalu muda untuk masalah ini, karena kalau terlalu muda takutnya tidak bisa menjaga emosi. Dikit-dikit marah, begitu marah karena ego anak muda mau menangnya sendiri. Jadi pendapat akmal, Nayla jangan dulu dijodohkan karena faktor usia yang terlalu muda.
Kalau saya sendiri tentang akrom, wah .. tidak usah diragukan lagi orangnya. Dia itu memang habat, alim dan saleh lagi, berteman dengan dia pun tidak hanya dua atau tiga bulanan tapi udah ber tahun-tahun jadi hafal betul tentang seluk beluknya, namun yang menjadi kendala sebagaimana kata saya tadi, Nayla terlalu muda dalam hal ini jadi saya hawatir hal yang tidak semestinya terjadi itu terjadi.”
Mendengarkan dua pendapat kakakku ini sudah dominan tidak menerima akan perjodohan ini. Mungkin saya ayah dan ibu punya jawaban yang berbeda, besar harapanku kepada meraka bisa meneri akrom sebagai calon suamiku dan nenantunya.
“Nayla, bagaimana pendapatmu tentang ini?”
Terasa berat rasanya bibir ini mau menjawab, bingung dan gerogi menyelimuti diri ini.
“kalau Nayla Sendiri mengikuti apa yang akan diputuskan ayah dan ibu. Tapi kalau pendapat Nayla sendiri itu menerima akan permintaan lamaran dari Akrom, bukannya karena hanya fisik saja yang saya jadikan pegangan atau berita tentangnya untuk hal ini, karena keputusan saya ini juga timbul dari ke mantapan saya dari istikhoroh yang saya lakukan, sebelumnya saya minta ma’af.” Jawabku
Kulihat sepintas mereka ayah yang ada di meja dan ibu yang ada di dapur merasa kaget mendengar akan jawabanku.
“bu’ sudah cuci piringnya” panggill ayah pada ibu.
“iya ini lagi basuh tangan”
“kalau ibu sendiri bagaimana pendapatnya” kata ayah saat ibu duduk di meja makan
“kalau ibu sendiri, sangat tidak setuju. Bukan karana apanya tapi karena faktor tempatnya yang sangat jauh dari kita. Ibu akhawatir jikalau Nayla pergi jauh meninggalkan ibu. Jarak antara malang dan banyuwangi itu 281 Km di tempuh 5 jam 28 menit itu pun jalan dilalui tanpa ada macet. Jika ada apa-apa dengan ibu kan Nayla tidak bisa langsung hadir ke ibu.” Kata ibu dengan nada yang lemah sepertinya ibu mau nangis tapi di tahan.
Mendengar jawaban ibu ini, hatiku merasa sedih. Memang khawatirnya seorang ibu kepada anaknya itu sangat luar biasa.
“kalau ayah sendiri apa pendapatnya?” kata ibu yang hampir bersamaan dengan yang lain.
“hem…hem..” ayah berdehem sebelum berkata.
“kalau ayah, jawabannya apa kata besok. Setelah mempertimbangan segala pendapatnya kalian semua dan tentunya petunjuk dari sang maha kuasa lagi yang nanti akan menjadi penentu.”
Pendapat ayah merupakan pendapat terakhir dan menjadi penutup pada acara makan malam. Entah apa yang akan ayah jawab besok iya atau tidak kepada orang tuanya akrom, semoga saja apa yang menjadi pilihannya ada yang terbaik untukku dan untuk keluargaku kelak.
* * *
Jum’at legi 10 Syawal 1437 H | 15 Juli 2016 M.
Sambil menunggu tamu yang menelpon ayah kemaren sore, waktu aku habisakan dengan memaikan game candy crush di smartphone Galaxy Note 5 di teras kamarku yang berada di lantai II. Dari teras ini pemandangan kota banyuwangi bisa di nikmati dan juga nanti kedatangan tamu bisa aku lihat dari atas ini, Semua hidangan tadi pagi telah aku siapkan dengan ibuku.
Jam Rolex 1806 Day Date President Stella 18k yang ada di tanganku menunjukkan pukul 13:15 wib, ayah sudah pulang dari masjid melaksanankan sholat dan sekarang ayah duduk dengan kakak asror, mengobrol dan berbincang-bincang di ruang tamu sambil menikmati seduhan teh hangat buatan ibuku.
Kulihat halaman rumah seperti ada kendaraan masuk, benar ada sebuah mobil Toyota Harrier warna hitam baru parkir di halaman rumahku. Benakku mencoba menabak apakah ini akrom dan keluarganya. Ternyata benar itu akrom dan kedua orang tuanya. Dan satu lagi seseorang yang tidak aku ketehui, mungkin itu supir lpribadinya.
Sesegera mungkin aku turun dari kamar bergegas menuju ke bawah. Karena meski aku tidak bias bertemu setidaknya aku tahu akan keputusan ayahku tentang ini.
“Nayla, kamu cukup disini saja tidak usah ke ruang tamu depan. Biar ibu saja nanti yang bawa teh untuk tamu itu”
“Iya bu” jawabku
“Assalamu’alaikum…” ucap mereka secara bersamaan
“Wa’alaikum salam” jawab ayah, kak asror dan ibuku yang menyambut secara bersaam.
“mari silahkan masuk” ajak ayahku mempersilahkan tamu yang masih ada di tamu untuk menempati sofa yang ada di ruang tamu.
Aku yang ada di ruang tamu belakang hanya bisa mendengar suara dan banyangan mereka dari tabir yang memisahkan antara ruang tamu depan dan ruang tamu belakang. Kusiapkan orange juice untuk mereka dan keluargaku yang menemuinya. Kutaruh minuman itu ada di meja yang dekat dengan tabir itu.
“Nayla, mana minuman dan makanan ringannya?” kata ibu saat masuk ke ruang tamu belakang
“itu bu, sudah saya siapkan”
“waduh ngerepoti ini datangnya saya” kata ibu akrom saat ibu membawa nampan yang berisi makanan ringan dan minuman.
“Enggak kok, ini sudah ada semuanya” jawab ibuku.
“silahkan dinikmati” kata ayahku
“iya” jawab mereka secara bersamaan.
Obrolan-obrolan hangat menghiasi ruang tamu di rumahku, cerita sana-sani hingga ada tawa canda menambah ke akraban antara keluargaku dan keluarga akrom.
“Meninjaklajuti telpon saya kemaren sore, tentang maksud kedatangan saya dan keluarga saya ini. Tak yang lain, yang pertama adalah silaturahmi mempererat tali persaudaran antar umat islam, dan yang kedua adalah..” perkataan ayahnya akrom terputus karena ada seseorang baru datang.
“Assalamu’alaikum” kak akmal ucap salam saat ada di depan pintu.
“Wa’alaikum salam” semua yang ada di ruang tamu jawab secara serempak.
“eh... ada tamu. Loh... Akrom...”kata kak akmal saat sudah tahu tamu yang ada di ruang tamu.
“iya..” kata akrom menjawab sahutan dari temannya.
“Akmal, jangan diam di situ cepat duduk itu di samping ibu” ayahku menyuruh kak akmal.
“oke saya lanjutkan perkataan saya. Maksud tujuan kedatangan kami yang kedua adalah meminang putri bapak yang bernama Nayla Maghfiroh untuk anak kami yang bernama Akromulloh Faza”
Suasana sepertinya hening sejenak setelah ayahnya akrom menyampaikan tentang maksud kedatangannya. Yaitu meminangku untuk putranya.
“bissmillah… kami sekeluarga mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya atas kehadirannya ke rumah kami ini, tentu adanya sliaturahmi seperi ini akan mendatangkan keberkahan kepada penghuni rumah ini.
Selanjutnya menanggapi permintaan bapak atas nama orang tua dari akromulloh faza untuk meminang putri kami yang bernama nayla maghfiroh dengan bertawakkal kepada Allah, kami sekeluarga sebelumnya mohon ma’af sebesar-besarnya, kami tidak bisa menerima permintaan bapak akan pinangan tersebut”
Serasa petir menyabar, begitulah rasa kagetku setelah mendengar apa yang telah jawaban dari ayahku ke keluarga Akrom. Itu perasaan yang aku alami saat ini bagaimana perasaan akrom dan keluarganya atas jawaban ayahku.
“ sekali lagi saya atas nama kepala keluarga mohon ma’af. Untuk keputusan ini bukan hanya dari saya saja, karena keputusan ini melibatkan seluruh keluarga dan sanak saudara yang lain. Mungkin agar lebih jelas tidak ada hal yang disembunyikan saya sebutkan alasan kami tidak bisa menerima lamaran dari bapak.
Diantara adalah, Satu putri yang bernama Nayla umurnya masih tergolong muda sepertinya masih belum siap untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan meski saya yakin bahwa nak akrom ini sangat mampu menunggu sampai usia dari Nayla ini matang.
Kedua, nak akrom dan putri saya itu tidak begitu saling mengenal. Bertemu hanya satu kali di Roxy Supermarket Jl. Jenderal Achmad Yani No. 21-23 Banyuwangi itu pun hanya beberapa menit saja. Menurut itu bukanlah ta’aruf dan tidak cukup kuat untuk dijadikan pijakan memilih pendamping hidup.
Ketiga adalah jarak yang mungkin menurut kami sangat jauh, kami khawatir jika terjadi apa-apa baik di keluarga kami atau di keluarga yang di sana sulit untuk langsung berkumpul. Meski sebenarnya jarak bukanlah suatu halangan.
Inilah beberapa pertimbangan dari keluarga kami, jadi saya mohon ma’af atas semua ini”
“kenapa musti minta ma’af, wonk tidak ada yang salah. Justru adanya jawaban tegas seperti ini yang paling penting dan saya tunggu. Kerena kalau seperti ini kan sama-sama tahu dan sama-sama enak tidak ada beban diantara masing-masing dua keluarga” jawab ayah akrom penuh dengan bijak dan semangat. Tidak terlihat sedikit pun rasa kecewa padanya.
Obrolan dua keluarga itu tidak berhenti setalah pembahsan serius tadi tentang laraman tersebut, tapi obrolan terus berlanjut sehingga tak terasa lebih 3 jam mereka asyik dalam obrolan. Seusai menyantap hidangan di dapur mereka berpamitan untuk pulang karena masih mau ke rumah saudaranya yang ada di sidoarjo.
“Ma’afkan aku akrom tidak bisa berbuat apa-apa kepadamu” itu lah ucapan hatiku saat aku lihat dari teras kamarku lantai II mobil Toyota Harrier warna hitam baru meninggalkan halaman rumahku. Semoga engkau mendapatkan Istri yang salehah yang sayang bukan hanya kepadamu tapi juga sayang kepada kedua orang tuamu, leibih cantik dari padaku dan lenih semuanya dari apa-apa yang ada pada diriku. Amin.
* * *
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda “Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh Dho’ifah bahwa hadits ini hasan lighoirihi)
Semoga saja dalam keluargaku dijauhkan dari fitnah dan kerusakan sebagaimana yang telah tertera dalam hadits tersebut. Entah dengan alasan yang seperti itu sehingga pinangan dari seorang santri asal malang yang bernama Akrom itu tidak diterima oleh keluargaku.
Pastinya ada alasan yang kuat dibalik semua ini, aku hanya ingin tahu jika itu diperbolehkan. Pikiran yang tidak-tidak aku harus tepis jauh dalam benak hatiku, karena meski aku harus patuh terhadap keputusan orang tuaku. Hati kecil ini masih belum menerima pada kenyataan yang ada.
Apakah jarak rumahnya yang jauh, Apakah dia bukan keturunan orang kaya, apakah karena beda suku, apakah kerana adat yang ada, atau aku sudah dijodohkan dengan pria lain yang merupakan pilihan kedua orang tuaku.
Bukan suatu jaminan, kenal akrab dengan keluargaku karena satu pesantren akan mudah mendapatkan gadis pilihannya. Buktinya aku sendiri ini lah, siapa yang tidak mengenal akrom. kakakku , pamanku dan ponaanku semuanya kenal dengan dia.
Jadi jika ingin mencari informasinya sangatlah mudah dan apa lagi akrom di pesantrennya sudah menjadi santri senior dan staf mengajar di madrasah. Apalagi kakakku, pamanku dan ponaanku semua berteman dengan akrom.
Tapi pada kenyataannya semuanya tidak apa-apanya, tidak bisa mempengaruhi sedikitpun apa yang telah diputuskan oleh kedua orang tuaku. kedua orang tuaku beserta nenekku yang tidak tahu secara detail pada akrom. Mereka tahunya hanya sebatas foto dan cerita dari beberapa saudaraku.
Aku teringat pada cerita “Tenggelamnya Kapal Van Der Vijck” tak kala zainuddin yang sangat mencintai hayati kekasihnya harus menerima keputusan pahit dari keluarga hayati. Lamaran Zainuddin ditolak dengan alasan adat yang berbeda. Dan lebih memilih Aziz yang lebih jelas adat dan garis keturunannya.
Siapa yang tidak mengenal zainuddin, seorang yang baik perangainya, cerdas dan baik hati. Namun di mata keluarga hayati, zainuddin adalah orang yang tidak jelas jalur keturunannya sehingga lamarannya pun ditolak.
Hayati sebagai seorang perempuan hanya bisa pasrah pada keputusan tersebut, sekuat apapun alasan hayati dan pembelaannya terhadap zainuddin yang dicintainya. Tetap tidak akan merubah keputusan keluarga. Sebagaimana aku, meskipun aku membela mati-matian terhadap Akrom yang sudah aku dambakan, tetap juga tidak akan bisa merubah apa yang telah diputuskan oleh orang tuaku.
Sedangkan Aziz, siapa yang tidak tahu padanya, bahwa dia seorang anak dari pegawai belanda , jalur keturuanannya jelas sehingga dia dihormati. Tapi perangai yang dimilikinya jauh berbeda dengan zainuddin. Penjudi mana yang tak kenal ke dia, semua penjudi di kota padang adalah temannya. Selain penjudi dia juga pengganggu rumah tangga orang.
Namun entah siapa jodohku yang akan dijodohkan oleh orang tuaku, semoga dia bukanlah aziz yang ada pada cerita tadi, dan aku harus husnudhon (berbaik sangka) kepada orang tuaku terhadap apa yang telah diputuskan. Karena orang tua mana yang mau mencelakai anaknya. Pastilah semua orang tua itu memilih yang terbaik untuk anaknya.
Aku, sebagai seorang santri dan anak yang harus berbakti kepada orang tua, aku harus pasrah menuruti apa yang menjadi keputusan orang tuaku, kerena dengan menuruti akan kemauannya itu membuat meraka bahagia.
Kata hayati kepada zainuddin “ingat cinta itu bukan melemahkan hati yang membawa tangis dan putus harapan. Sebaliknya cinta yang ada itu menguatkan hati, pengkokohkan perasaan dan menghidupkan pengaharapan”.
Pernikahan bukan hanya menyatukan dua hati yang saling mencintai, bukanlah bahtera yang hanya bisa dijalani dengan rasa cinta. Namun pernikahan itu menggabungkan dua keluarga dari adat dan suku yang berbeda.
“Mbak Nayla, pean kan jebolan pesantren. Mestinya mbak itu tahu di beberapa keterangan di kitab kuning, seingat saya itu di kitab Fathul Mu’in menerangkan bahwa seorang gadis yang masih Bikrun (perawan) itu adalah hak walinya dalam hal ini ayah atau kakek dari jalur ayahnya dan izin dari seorang gadis yang perawan itu cukup dengan diamnya. Sedangkan gadis yang Sayyibun (Janda) itu baru haknya sendiri dan harus perkataan yang terlontar darinya secara jelas.
Tambahan lagi beberapa hal yang telah saya teliti di dunia nyata. Seorang lelaki yang mencintai gadis perempuan bahkan mereka sudah saling cinta, namun sang lelaki tidak dapat cinta dari orang tua si gadis tersebut sangatlah sulit hubungannya itu bisa berlanjut ke pernikahan. Beda halnya jika ada seorang lelaki, baik cinta pada si perempuan atau tidak, namun sang lelaki tersebut sudah dapat cinta dari orang tua gadis tersebut sangatlah mudah untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan” tutur hasanah layaknya seorang istri kiai yang sedang mengisi pengajian.
“iya terimakasih atas saran dan nasehatnya, kamu memang adik sepupuku yang baik has. Tapi kamu juga harus tahu, ini juga ada keterangan yang ada di kitab Fathul Mu’in keterangannya itu agak belakang dari penjelasan yang kamu baca barusan. Menjelaskan meski pun seorang Wali Mujbir dalam hal ini ayah atau kakek dari jalur ayah, punya hak dan wewenang yang sangat besar dalam menikahkan anak gadisnya. Wali itu tidak boleh wali serta-merta menikahkan anak gadisnya dengan siapa saja tanpa pandang bulu. sangat perlu wali tersebut menikahnya pada seorang lelaki yang Kufu’ (sederajat) dengan gadisnya.” Jawabku sambil menambahkan komentar pada penjelasan hasanah.
“Ah. Mbak ini, memang tidak mau kalah kalau diberi penjelasan. Jiwa ahli musyawarah kitab saat di pondok kayaknya masih melekat”
Mendengar penjelasan dari hasanah barusan, aku dilimuti rasa bingung. Berdosakah aku atau tidak?. Karena saat dia mengirimkan surat lamarannya kepadaku dulu dan menanyakan akan hatiku, aku menjawab kepadanya dengan memberikan harapan dan peluang kepadanya. Walau pun pada akhirnya dia tidak mendapatkan diriku.
Hal yang seperti ini, bukan lah aku semata yang pernah melakukan terhadapat seorang lelaki, hampir semua di kalangan perempuan saat di tanya oleh orang lelaki yang mau melamar atau mengajaknya menikah. Jawabannya rata-rata bilang pada ke lelaki tersebut menyatakan bahwa dirinya masih kosong, belum punya pasangan atau jodoh.
Namun sebagaimana yang telah dijelaskan oleh hasanah, seorang gadis itu keputusannya ada pada orang tuanya. Jadi aku membuat kesimpulan apa yang telah dilakukan oleh aku dan kaum hawa yang lain berupa memberi peluang dan harapan kepada lelaki itu benar jikalau dia jujur. Beda halnya kalau jawaban tersebut tidak jujur, maka itu sudah dikembalikan kepada perseorangan.
Mudah-mudahan Allah mempertemukan aku dengan seorang saleh yang dapat diterima oleh keluargaku baik dirinya dan keluarganya. Dapat menjadi pembimbing dalam urusan agamaku serta menjadi imamku di dunia dan akhratku. Amin.